TRADISI
RITUAL RUTIN “NGUMBAH SABUK” DI DESA GABUS KABUPATEN PATI PADA MALAM SATU SURO
Kabupaten
Pati adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, secara geografis terletak di 644′56,80″ LS 11102′06,96″
BT dengan luas wilayah keseluruhan 1.419,07 km berbatasan dengan Laut
Jawa di utara, bagian utara Kabupaten Pati merupakan semenanjung bagian daratan
yang menjorok ke laut. Kabupaten Rembang di timur yang dihubungkan oleh jalan
utama pantura, jalan pantura ini adalah jalan pos yang dirintis oleh Daendels
dengan melakukan kerja paksa. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Grobogan yang secara fisik dibatasi oleh Pegunungan Kendeng Utara atau dikenal
dengan Pegunungan Kapur Utara serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di
sebelah barat terpisahkan oleh Gunung Muria dan Gunung Patiayam (Kudus).
Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan dan 405 desa. Kota Pati memiliki
slogan yang cukup unik yakni “PATI BUMI MINA TANI”, karena Kabupaten Pati
penduduknya mayoritas bekerja dalam bidang pertanian, bahkan 70% Kabupaten Pati
adalah sawah. Selain itu Pati juga dijuluki dengan kota Pensiunan karena orang
yang tinggal di Pati mayoritas orang pension atau purnawirawan.
Tadi sudah disebutkan di atas di
kabupaten Pati terdapat 21 kecamatan dan 405, salah satunya adalah ada
kecamatan Gabus, desa Gabus. Pada malam suro di desa ini masih terdapat tradisi
ritual “ngumbah sabuk” yang dilaksanakan oleh Perguruan Panca Silat bernama
Setia Hati Terate. Perguruan ini merupakan perguruan silat terbesar di
Indonesia, salah satunya bercabang di desa Gabus. Ketua cabang silat Pati ini
adalah Bapak X. Perguruan Panca Silat Setia Hati Terate sudah berdiri
sejak tahun 1922 oleh Eyang Suro. Beliaulah yang telah menciptakan panca silat
tersebut.
Saya sangat berterima kasih kepada
Bapak X (saya samarkan namanya) karena beliau telah berkenan mengizinkan saya untuk ikut langsung
menyaksikan ritual ngumbah sabuk tersebut meskipun dari luar Gedung. Tradisi ngumbah sabuk ini sudah
zaman dahulu turun temurun selalu dilaksanakan pada malam satu suro. Ritual ini
berlangsung secara khidmat di Gedung Serba Guna yang terletak di desa Gabus.
Anggota perguruannyapun dari berbagai kalangan, dari yang muda hingga tua.
Kegiatan ritual ngumbah sabuk ini
dilaksanakan dari jam 20.00 sampai dengan jam 23.00 yakni diawali dengan doa
bersama seperti tahlilan. Setelah itu pelantikan warga baru atau pengesahan.
Seragam silat yang berwarna hitam dipakai terlebih dahulu. Setelah itu baru
sabuk berwarna putih yang ternyata kainnya dari kain mori dilipat membentuk
sabuk lalu dipakai. Setelah berpakaian lengkap, sejenak mengheningkan cipta
atau biasa disebut renungan malam di dalam ruangan gelap di Gedung Serba Guna
yang hanya bercahaya lilin. Setelah renungan di dalam gedung, anggota panca
silat ini keluar dari gedung melakukan renungan keluar menuju ke jalan raya.
Kondisi jalan benar – benar sepi dan sunyi. Hanya rute – rute tertentu yang
ditentukan panitia. Mereka berjalan dalam keadaan diam. Keadaan diam disini
dimaksudkan anggota panca silat ini dalam melakukan renungannya tidak berbicara
sepatahpun meskipun dalam keadaan jalan. Renungan ini sangat bermanfaat bagi
anggota panca silat untuk mengakui segala kesalahan yang pernah mereka perbuat
dalam setahun yang lalu dan menyucikan diri atau pembersihan diri agar terhapus
dosa – dosanya.
Setelah
pengesahan adalah ngumbah mori dimana ini adalah puncak dari kegiatan ritual
tersebut, dilakukan pada pukul 24.00. Didalam Gedung Serba Guna ini aanggota
panca silat diwajibkan membawa gentong yang berisikan air dengan dua bunga
mawar dengan warna sejenis. Gentong ini digunakan untuk merendam dan membasuh
sabuk mori tersebut. Hal ini merupakan simbolisme dari penyucian diri. Yang
berhak memiliki sabuk mori tersebut hanyalah anggota warga panca silat. Disini
saya melihat banyak sekali muridnya. Ternyata murid – murid tersebut belum
dapat dikatakan sebagai warga perguruan panca silat karena belum memiliki sabuk
yang telah disahkan. Prosesi pencucian sabuk mori hanya untuk warga.
Setelah
pencucian sabuk mori selesai, tahap akhir adalah penjemuran kain mori tersebut.
Kain mori dijemur didalam ruangan tertutup dan jauh dari sinar matahari. Memang
sangat lama untuk proses pengeringan kain mori ini karena tak tercahayai oleh
matahari sedikitpun. Setelah benar – benar kering, kain mori disimpan di tempat
yang aman, bisa didalam peti atau didalam lemari. Jangan sampai terkena dan
tersentuh oleh apapun meskipun itu hewan rayap. Sabuk kain mori disimpan dan
dicuci lagi besok di saat malam satu suro tiba lagi. Apabila ada salah satu
anggota silat yang menghilangkan sabuk mori yang asli, dia dapat dikenai sanksi
dan memulai tahap pengesahan dari awal. Untuk anggota yang sedang dalam
latihan, pemakaian sabuk yang sering dipakai ternyata bukan sabuk mori tetapi
hanya duplikatnya saja bukan kain mori yang asli. Tujuan dari ritual ngumbah
sabuk ini sangat penting untuk mempererat tali persaudaraan dari berbagai
anggota panca silat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar