Lika
Liku Lingkungan Kehidupan di Pasar Krempyeng
Apakah yang ada dalam pikiran kalian ketika pergi ke pasar tradisional
????? Pasti yang terlintas dihati kalian panas, ramai, bau, kotor, jorok,
becek. Pedagang pembeli beradu mulut, tawar menawar barang disini. Sampah yang
menumpuk ulah orang yang tidak bertanggungjawab. Para anak jalanan dan orang
miskin berkeliaran meminta sedekah orang - orang kikir. Tukang ojek, tukang
parkir menimbulkan sakit di telinga. Pedagang memainkan timbangan membuat rugi
para pembeli. Terlihat preman mengemis pada pemulung. Para maling bermain petak umpet bersama penjaga - penjaga. Satpol PP yang panas tak dihiraukan
pedagang - pedagang kikir. Akankah semua ini akan berubah ????
Pengertian pasar secara
konkret adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual. Pengertian pasar lebih dititik beratkan pada kegiatan jual
belinya. Pasar dapat terbentuk di mana saja dan kapan saja. Pasar tradisional
adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan
pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual - beli biasanya
melalui proses tawar menawar harga, yang diberikan untuk suatu barang bukan
merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat
berbeda dengan pasar modern. Umumnya, pasar tradisional menyediakan bahan -
bahan pokok serta keperluan rumah tangga. Lokasi pasar tradisional dapat berada
ditempat yang terbuka atau bahkan dipinggir jalan. Ciri khas pasar tradisional adalah adanya tenda-tenda tempat penjual
memasarkan dagangannya, serta pembeli yang berjalan hilir mudik untuk memilih
dan menawar barang yang akan dibelinya. Ciri -
ciri pasar tradisional biasanya proses jual - beli melalui tawar menawar harga,
barang yang disediakan umumnya barang keperluan dapur dan rumah tangga, harga
yang relatif lebih murah, area yang terbuka dan tidak ber – AC. Di banyak
tempat, pasar tradisional biasanya berdiri di belakang pasar modern. Seolah -
olah menyiratkan posisi mereka yang kian terpinggirkan. Di pasar tradisional
terjadi harga tawar menawar, sebaliknya tidak terjadi di pasar modern, harga
sudah tetap. Suka tidak suka, semua tergantung
pada pembeli. Jika tertarik dan merasa harganya masuk akal, pasti pembeli
akan dengan sukarela merogoh kocek dan menukarnya dengan barang - barang
tertentu. Proses tawar - menawar harga di pasar tradisional memungkinkan
terjalinnya kedekatan personal dan emosional antar penjual dan pembeli. Suatu
perbandingan yang sangat berbeda antara pasar tradisional yang panas dan pasar
modern sangat nyaman. Gedungnya berukuran besar dengan pendingin udara yang
beroperasi selama pasar modern tersebut buka. Di mall atau di plaza jauh dari
segala kotor dan becek. Pasar tradisional dapat bertahan karena adanya modal
sosial yang hidup di antara para pelakunya.
Disaat merebaknya atau meningkatnya pasar modern, pasar - pasar kampung
atau biasa disebut pasar tradisional ini justru masih memperlihatkan
kekuatannya untuk terus bertahan. Apalagi orang bisa dengan mudah memenuhi
kebutuhan sehari - hari tanpa harus berdandan saat keluar rumah. Pasar
krempyeng yang berdiri tahun 1992 merupakan salah satu sektor informal yang berkembang di
Semarang. Pasar ini dapat dikatakan pasar krempyeng, karena bukanya tidak
sampai sore, hanya buka dari pagi sampai siang saja. Pasar ini telah
berpengaruh besar terhadap kehidupan pelaku pasar dan masyarakat disekitarnya. Pasar
yang terletak di jalan Banaran, Semarang daerah UNNES dan letaknya yang
strategis ini masih menjadi daya tarik masyarakat setempat yang setiap paginya ramai
dikunjungi oleh para pembeli yang hendak ingin sarapan dan ingin membeli sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan sehari - hari. Pasar ini tengah menjual berbagai hasil jualannya yang
dibutuhkan penduduk setempat. Biasanya
para pedagang disini mulai dasar berjualan pukul 04.30. Kurang dari 30 penjual
yang ada disini. Kebanyakan yang berjualan di pasar krempyeng adalah ibu - ibu
paruh baya.
Mereka
menjual dagangannya setiap pagi dengan cara memikul tenongannya dari rumah atau
naik angkot atau bahkan diantar suaminya naik motor untuk dijual di pasar
krempyeng. Ketika pagi beranjak suasana bertambah ramai dengan kehadiran warga
yang mulai mencari kebutuhan sehari - hari. Kesemrawutan semakin menjadi mulai
pukul 07.00 sampai pukul 09.00. Aktivitas pedagang bercampur lalu lalang bersamaan
dengan warga maupun mahasiswa baik yang berjalan kaki maupun pengguna sepeda
motor. Keramaian itu biasanya surut ketika matahari sudah berada di atas kepala
sekitar pukul 11.00. Lalu pedagang mulai memasukkan dagangannya kedalam
tenongan dan pulang ke rumah. Dari sinilah lingkup pasar krempyeng benar –
benar sepi. Para penjual setelah selesai berjualan akan kembali pada aktivitas
biasanya yakni menjadi ibu rumah tangga di rumah. Esok harinya kembali
beraktivitas pada pagi hari di pasar krempyeng.
Di
pasar krempyeng juga terdapat bermacam - macam penjual. Ada yang menjual sate
ayam, jajanan kecil, buah - buahan, ikan segar, sayuran, pakaian dan masih
banyak lagi. Sate ayam juga menjadi daya tarik mahasiswa karena termasuk laris
banyak yang membeli. Harga per bungkus Rp 5000,00. Di pasar ini juga terdapat penjual bubur yang
sudah tua. Dia menjual tiga macam bubur yakni bubur mutiara, bubur kacang ijo,
dan bubur sumsum. Tetapi yang sering diminati mahasiswa dan mahasiswi UNNES
adalah nasi gudangan.
Dilihat
dari sebutan namanya, gudangan sangat asing ditelinga seseorang yang bukan penduduk setempat dan bukan orang daerah sini.
Hal ini membuat rasa penasaran orang termasuk saya. Awalnya saya aneh dengan
sebutan gudangan tersebut. Orang - orang setempat sering menyebutnya “nasi
krempyeng”. Setelah saya membelinya, saya baru mengetahui ternyata yang disebut
gudangan atau nasi krempyeng ini hampir sama dengan nasi rames tetapi kalau
nasi krempyeng diberi kulub dan krupuk pangsit dan diberi bumbu kacang seperti
bumbu pecel.
Rasanya
memang nikmat apalagi ditambah dengan ceker ayam. Rata - rata para penjual nasi
krempyeng ini mematok harga nasi krempyeng sebesar Rp 2500,00 per bungkus dan
harga ceker minimal Rp 2000,00 per bungkus. Yang berjualan nasi krempyeng di pasar
tersebut kira - kira ada enam penjual. Salah
satu penjual nasi krempyeng mengaku saat mengambil lauk gudangan selalu memakai
tangan (muluk) karena lebih enak begitu daripada memakai sendok. Lebih terasa
dan bisa mengira - ngira porsi gudangannya. Nasi gudangan ini murni hasil
buatan para penjualnya. Salah satu ibu penjual nasi krempyeng di sini mengaku
memasak semua gudangannya pukul 03.00 pagi. Apabila nasi gudangannya habis
sebelum waktunya, maka para penjual tersebut sering meminta bantuan suaminya
untuk mengambilkan nasi gudangan di rumah.
Para
penjual nasi krempyeng di pasar ini termasuk lumayan banyak karena lebih dari
satu yang berjualan, tetapi yang ramai dikunjungi pembeli hanya beberapa saja.
Itu mungkin karena sudah berlangganan atau bahkan memang penjual yang ramai
dikunjungi para pembeli itu benar-benar enak nasi krempyengnya. Para penjual
yang tidak begitu laris hanya mampu melihat dan meratapi nasib jualannya.
Sesekali mereka menghitung hasil jualannya yang belum seberapa melewati
pergolakan hidup jantung pasar mengadu nasib di tempat ini.
Di
pasar krempyeng terdapat berbagai macam sayuran yang masih segar - segar. Harga
sayuran di sini cukup terjangkau (murah meriah). Sayuran ini didatangkan
langsung dari daerah Bandungan. Biasanya yang membeli sayurannya, para penjual
makanan yang membuka warung - warung. Penjual
pakaian di sini sering sepi pengunjung karena para pengunjung tidak begitu
tertarik. Mungkin dagangannya terlalu sedikit tidak bisa bermacam - macam atau
bahkan norak seperti di pasar Johar atau pasar lainnya. Pembeli yang dari
kalangan ibu - ibu biasanya lebih sering mengunjungi penjual sayuran, tempe,
dan bumbu – bumbu dapur. Ada juga seorang guru yang membeli ikan segar di pasar
krempyeng. Dia mengaku saat membeli selalu menawar harga ikan setengahnya dari
yang dijual oleh penjualnya. Di pasar krempyeng juga ada penjual jajanan yang
jualannya diatas motor semisal, sosis, donat, tela – tela dan masih banyak
lainnya. Bahkan ada yang berjualan ayam kecil berwarna - warni. Pembeli ayam
kecil ini kebanyakan dari kalangan anak - anak. Pasar krempyeng sangat
terjangkau mulai dari harganya hingga tempatnya. Begitu juga dengan para
penjualnya yang sopan - sopan.
Pasar
krempyeng di sini dapat dikatakan ramah lingkungan. Karena kebersihan di pasar
ini benar - benar terjaga. Sampah - sampah dikumpulkan di pojok sendiri dan
jika hari sudah menjelang siang maka ada petugas yang mengangkut sampah - sampah
tersebut. Sistem pembayaran sampah ini dipatok Rp 1000,00 setiap harinya dengan
cara lapaknya dibagi - bagi supaya adil. Biasanya pasar kampung cenderung
kotor, tetapi tidak dengan pasar krempyeng ini juga tidak kotor sama sekali dan
tidak berbau.
Para
penjual di sini setiap bulannya membayar pajak sebesar Rp 2000,00. Pasar krempyeng
yang berukuran 50 m2 ini yang
mengelola adalah pihak Kelurahan bukan dari Dinas Setempat. Pasar krempyeng
bagi saya agak sempit dan para penjualnya selalu berdempetan dengan penjual
lainnya. Tidak ada jaraknya sama sekali, terbagi menjadi beberapa lapak. Sangat
jauh berbeda dengan pasar - pasar lainnya seperti pasar Gunung Pati dan pasar
Johar. Cara jualannya juga bercampur. Biasanya kalo pasar Johar, yang jualan
pakaian atau sayuran jadi satu semua pada misal di blok itu jualan pakaian
semua, di blok sana jualan sayuran semua. Bila hujan datang pasar krempyeng
sering tergenang air tetapi hanya jalan rayanya saja. Airnya tidak sampai masuk
ke pasar, hanya becek. Saya jarang menemukan pengemis atau orang meminta -
minta di pasar ini. Padahal di pasar lain sering ada orang yang minta - minta
uang. Di pasar krempyeng tidak terdapat tukang parkir, jika para pembeli ingin
memarkirkan motor tinggal diparkirkan saja didepan pasar.
Interaksi
pembeli dan penjual yang ada di pasar krempyeng ini tampak terlihat. Mereka
tampak mementingkan kepentingan atau sibuk sendiri - sendiri sesuai dengan
kebutuhan yang akan mereka dapatkan. Bila ada yang dikenal mungkin mereka baru
menyapa. Para pembeli
berusaha memaksimumkan kepuasan yang mungkin dinikmatinya, sedangkan penjual
berusaha memaksimumkan keuntungan yang akan diperolehnya.
Bagaimana
seorang pembeli menggunakan sejumlah pendapatan atau uang untuk membeli
berbagai jenis kebutuhan yang
dibutuhkannya. Bagaimana seorang penjual (produsen) menentukan
tingkat produksi yang akan dilakukan.
Para
pembeli dan penjual biasanya saat berbicara dalam hal tawar menawar selalu
menggunakan bahasa krama atau sering menggunakan bahasa ngoko. Hanya beberapa
pembeli saja yang tawar menawar dengan penjualnya. Mungkin memang harganya yang
sudah cukup terjangkau. Umumnya penjual yang berjualan di sini berasal dari
lingkungan masyarakat Banaran dan Sekaran. Orang - orang yang pergi ke sana menggunakan motor,
selalu memarkirkan motornya di depan pasar. Hal ini menyebabkan jalan raya yang
sering dilalui orang terutama mahasiswa sering macet. Bahkan angkot sering
berhenti seenaknya di sana saat pagi hari.
Saat
hari berganti sore, pasar krempyeng ini ditempati oleh satu penjual buah - buahan
yang sudah tua. Dia berjualan dari jam 15.00. Penjual ini mengaku terkadang jualannya
sepi pembeli saat malam tiba. Penghasilannya tiap haripun tak tentu, kadang
hasil jualannya laku kadang tidak. Dia mengakhiri berjualan setelah Isya. Pasar
ini tampak sangat sepi pada malam hari. Tidak ada kehidupan yang bergerak
disini dan gelap. Berbeda dengan pagi hari dimana berbagai aktivitas dilakukan
di pasar tersebut. Hanya penjual nasi kucing di sebelah pasar yang terlihat ramai
dikunjungi oleh para mahasiswa yang sedang makan dan nongkrong. “Nasi kucing di sebelah pasar krempyeng ini
termasuk nasi kucing yang enak” kata beberapa
mahasiwa yang sedang makan disana.
Dalam
kehidupan pasar krempyeng tidak terdapat kepercayaan yang berbau mistik -
mistik. Pasar krempyeng sangat membawa pengaruh besar terhadap para penjualnya
meskipun pasar ini tergolong ke dalam pasar sederhana bahkan pasar kampung.
Beberapa penjual mengaku setelah berjualan di pasar tersebut tingkat ekonomi
mereka mulai membaik dari sebelumnya. Diharapkan
pasar ini bisa menjadi kegiatan rutin untuk menggerakkan ekonomi warga
setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar