Jumat, 15 November 2013

Pasar Krempyeng UNNES


Lika Liku Lingkungan Kehidupan di Pasar Krempyeng

Apakah yang ada dalam pikiran kalian ketika pergi ke pasar tradisional ????? Pasti yang terlintas dihati kalian panas, ramai, bau, kotor, jorok, becek. Pedagang pembeli beradu mulut, tawar menawar barang disini. Sampah yang menumpuk ulah orang yang tidak bertanggungjawab. Para anak jalanan dan orang miskin berkeliaran meminta sedekah orang - orang kikir. Tukang ojek, tukang parkir menimbulkan sakit di telinga. Pedagang memainkan timbangan membuat rugi para pembeli. Terlihat preman mengemis pada pemulung. Para maling bermain petak umpet bersama penjaga - penjaga. Satpol PP yang panas tak dihiraukan pedagang - pedagang kikir. Akankah semua ini akan berubah ????

Pengertian  pasar  secara konkret adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual. Pengertian pasar  lebih dititik beratkan pada kegiatan jual belinya. Pasar dapat terbentuk di mana saja dan kapan saja. Pasar tradisional adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual - beli biasanya melalui proses tawar menawar harga, yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat berbeda dengan pasar modern. Umumnya, pasar tradisional menyediakan bahan - bahan pokok serta keperluan rumah tangga. Lokasi pasar tradisional dapat berada ditempat yang terbuka atau bahkan dipinggir jalan.  Ciri khas pasar tradisional adalah adanya tenda-tenda tempat penjual memasarkan dagangannya, serta pembeli yang berjalan hilir mudik untuk memilih dan menawar barang yang akan dibelinya. Ciri - ciri pasar tradisional biasanya proses jual - beli melalui tawar menawar harga, barang yang disediakan umumnya barang keperluan dapur dan rumah tangga, harga yang relatif lebih murah, area yang terbuka dan tidak ber – AC. Di banyak tempat, pasar tradisional biasanya berdiri di belakang pasar modern. Seolah - olah menyiratkan posisi mereka yang kian terpinggirkan. Di pasar tradisional terjadi harga tawar menawar, sebaliknya tidak terjadi di pasar modern, harga sudah tetap. Suka tidak suka, semua tergantung  pada pembeli. Jika tertarik dan merasa harganya masuk akal, pasti pembeli akan dengan sukarela merogoh kocek dan menukarnya dengan barang - barang tertentu. Proses tawar - menawar harga di pasar tradisional memungkinkan terjalinnya kedekatan personal dan emosional antar penjual dan pembeli. Suatu perbandingan yang sangat berbeda antara pasar tradisional yang panas dan pasar modern sangat nyaman. Gedungnya berukuran besar dengan pendingin udara yang beroperasi selama pasar modern tersebut buka. Di mall atau di plaza jauh dari segala kotor dan becek. Pasar tradisional dapat bertahan karena adanya modal sosial yang hidup di antara para pelakunya.

Disaat merebaknya atau meningkatnya pasar modern, pasar - pasar kampung atau biasa disebut pasar tradisional ini justru masih memperlihatkan kekuatannya untuk terus bertahan. Apalagi orang bisa dengan mudah memenuhi kebutuhan sehari - hari tanpa harus berdandan saat keluar rumah. Pasar krempyeng yang berdiri tahun 1992 merupakan  salah satu sektor informal yang berkembang di Semarang. Pasar ini dapat dikatakan pasar krempyeng, karena bukanya tidak sampai sore, hanya buka dari pagi sampai siang saja. Pasar ini telah berpengaruh besar terhadap kehidupan pelaku pasar dan masyarakat disekitarnya. Pasar yang terletak di jalan Banaran, Semarang daerah UNNES dan letaknya yang strategis ini masih menjadi daya tarik masyarakat setempat yang setiap paginya ramai dikunjungi oleh para pembeli yang hendak ingin sarapan  dan ingin membeli sesuatu untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Pasar ini tengah menjual berbagai hasil jualannya yang dibutuhkan penduduk  setempat. Biasanya para pedagang disini mulai dasar berjualan pukul 04.30. Kurang dari 30 penjual yang ada disini. Kebanyakan yang berjualan di pasar krempyeng adalah ibu - ibu paruh baya.

Mereka menjual dagangannya setiap pagi dengan cara memikul tenongannya dari rumah atau naik angkot atau bahkan diantar suaminya naik motor untuk dijual di pasar krempyeng. Ketika pagi beranjak suasana bertambah ramai dengan kehadiran warga yang mulai mencari kebutuhan sehari - hari. Kesemrawutan semakin menjadi mulai pukul 07.00 sampai pukul 09.00. Aktivitas pedagang bercampur lalu lalang bersamaan dengan warga maupun mahasiswa baik yang berjalan kaki maupun pengguna sepeda motor. Keramaian itu biasanya surut ketika matahari sudah berada di atas kepala sekitar pukul 11.00. Lalu pedagang mulai memasukkan dagangannya kedalam tenongan dan pulang ke rumah. Dari sinilah lingkup pasar krempyeng benar – benar sepi. Para penjual setelah selesai berjualan akan kembali pada aktivitas biasanya yakni menjadi ibu rumah tangga di rumah. Esok harinya kembali beraktivitas pada pagi hari di pasar krempyeng.
Di pasar krempyeng juga terdapat bermacam - macam penjual. Ada yang menjual sate ayam, jajanan kecil, buah - buahan, ikan segar, sayuran, pakaian dan masih banyak lagi. Sate ayam juga menjadi daya tarik mahasiswa karena termasuk laris banyak yang membeli. Harga per bungkus Rp 5000,00.  Di pasar ini juga terdapat penjual bubur yang sudah tua. Dia menjual tiga macam bubur yakni bubur mutiara, bubur kacang ijo, dan bubur sumsum. Tetapi yang sering diminati mahasiswa dan mahasiswi UNNES adalah nasi gudangan.  
Dilihat dari sebutan namanya, gudangan sangat asing ditelinga seseorang yang bukan  penduduk setempat dan bukan orang daerah sini. Hal ini membuat rasa penasaran orang termasuk saya. Awalnya saya aneh dengan sebutan gudangan tersebut. Orang - orang setempat sering menyebutnya “nasi krempyeng”. Setelah saya membelinya, saya baru mengetahui ternyata yang disebut gudangan atau nasi krempyeng ini hampir sama dengan nasi rames tetapi kalau nasi krempyeng diberi kulub dan krupuk pangsit dan diberi bumbu kacang seperti bumbu pecel.
Rasanya memang nikmat apalagi ditambah dengan ceker ayam. Rata - rata para penjual nasi krempyeng ini mematok harga nasi krempyeng sebesar Rp 2500,00 per bungkus dan harga ceker minimal Rp 2000,00 per bungkus. Yang berjualan nasi krempyeng di pasar tersebut kira - kira ada enam penjual.  Salah satu penjual nasi krempyeng mengaku saat mengambil lauk gudangan selalu memakai tangan (muluk) karena lebih enak begitu daripada memakai sendok. Lebih terasa dan bisa mengira - ngira porsi gudangannya. Nasi gudangan ini murni hasil buatan para penjualnya. Salah satu ibu penjual nasi krempyeng di sini mengaku memasak semua gudangannya pukul 03.00 pagi. Apabila nasi gudangannya habis sebelum waktunya, maka para penjual tersebut sering meminta bantuan suaminya untuk mengambilkan nasi gudangan di rumah.
Para penjual nasi krempyeng di pasar ini termasuk lumayan banyak karena lebih dari satu yang berjualan, tetapi yang ramai dikunjungi pembeli hanya beberapa saja. Itu mungkin karena sudah berlangganan atau bahkan memang penjual yang ramai dikunjungi para pembeli itu benar-benar enak nasi krempyengnya. Para penjual yang tidak begitu laris hanya mampu melihat dan meratapi nasib jualannya. Sesekali mereka menghitung hasil jualannya yang belum seberapa melewati pergolakan hidup jantung pasar mengadu nasib di tempat ini.
Di pasar krempyeng terdapat berbagai macam sayuran yang masih segar - segar. Harga sayuran di sini cukup terjangkau (murah meriah). Sayuran ini didatangkan langsung dari daerah Bandungan. Biasanya yang membeli sayurannya, para penjual makanan yang membuka warung - warung.  Penjual pakaian di sini sering sepi pengunjung karena para pengunjung tidak begitu tertarik. Mungkin dagangannya terlalu sedikit tidak bisa bermacam - macam atau bahkan norak seperti di pasar Johar atau pasar lainnya. Pembeli yang dari kalangan ibu - ibu biasanya lebih sering mengunjungi penjual sayuran, tempe, dan bumbu – bumbu dapur. Ada juga seorang guru yang membeli ikan segar di pasar krempyeng. Dia mengaku saat membeli selalu menawar harga ikan setengahnya dari yang dijual oleh penjualnya. Di pasar krempyeng juga ada penjual jajanan yang jualannya diatas motor semisal, sosis, donat, tela – tela dan masih banyak lainnya. Bahkan ada yang berjualan ayam kecil berwarna - warni. Pembeli ayam kecil ini kebanyakan dari kalangan anak - anak. Pasar krempyeng sangat terjangkau mulai dari harganya hingga tempatnya. Begitu juga dengan para penjualnya yang sopan - sopan.
Pasar krempyeng di sini dapat dikatakan ramah lingkungan. Karena kebersihan di pasar ini benar - benar terjaga. Sampah - sampah dikumpulkan di pojok sendiri dan jika hari sudah menjelang siang maka ada petugas yang mengangkut sampah - sampah tersebut. Sistem pembayaran sampah ini dipatok Rp 1000,00 setiap harinya dengan cara lapaknya dibagi - bagi supaya adil. Biasanya pasar kampung cenderung kotor, tetapi tidak dengan pasar krempyeng ini juga tidak kotor sama sekali dan tidak berbau.
Para penjual di sini setiap bulannya membayar pajak sebesar Rp 2000,00. Pasar krempyeng yang berukuran 50 m2  ini yang mengelola adalah pihak Kelurahan bukan dari Dinas Setempat. Pasar krempyeng bagi saya agak sempit dan para penjualnya selalu berdempetan dengan penjual lainnya. Tidak ada jaraknya sama sekali, terbagi menjadi beberapa lapak. Sangat jauh berbeda dengan pasar - pasar lainnya seperti pasar Gunung Pati dan pasar Johar. Cara jualannya juga bercampur. Biasanya kalo pasar Johar, yang jualan pakaian atau sayuran jadi satu semua pada misal di blok itu jualan pakaian semua, di blok sana jualan sayuran semua. Bila hujan datang pasar krempyeng sering tergenang air tetapi hanya jalan rayanya saja. Airnya tidak sampai masuk ke pasar, hanya becek. Saya jarang menemukan pengemis atau orang meminta - minta di pasar ini. Padahal di pasar lain sering ada orang yang minta - minta uang. Di pasar krempyeng tidak terdapat tukang parkir, jika para pembeli ingin memarkirkan motor tinggal diparkirkan saja didepan pasar.
Interaksi pembeli dan penjual yang ada di pasar krempyeng ini tampak terlihat. Mereka tampak mementingkan kepentingan atau sibuk sendiri - sendiri sesuai dengan kebutuhan yang akan mereka dapatkan. Bila ada yang dikenal mungkin mereka baru menyapa. Para pembeli berusaha memaksimumkan kepuasan yang mungkin dinikmatinya, sedangkan penjual berusaha memaksimumkan keuntungan yang akan diperolehnya. Bagaimana seorang pembeli menggunakan sejumlah pendapatan atau uang untuk membeli berbagai jenis kebutuhan  yang dibutuhkannya. Bagaimana seorang penjual (produsen) menentukan tingkat produksi yang akan dilakukan.


Para pembeli dan penjual biasanya saat berbicara dalam hal tawar menawar selalu menggunakan bahasa krama atau sering menggunakan bahasa ngoko. Hanya beberapa pembeli saja yang tawar menawar dengan penjualnya. Mungkin memang harganya yang sudah cukup terjangkau. Umumnya penjual yang berjualan di sini berasal dari lingkungan masyarakat Banaran dan Sekaran. Orang -  orang yang pergi ke sana menggunakan motor, selalu memarkirkan motornya di depan pasar. Hal ini menyebabkan jalan raya yang sering dilalui orang terutama mahasiswa sering macet. Bahkan angkot sering berhenti seenaknya di sana saat pagi hari.


Saat hari berganti sore, pasar krempyeng ini ditempati oleh satu penjual buah - buahan yang sudah tua. Dia berjualan dari jam 15.00. Penjual ini mengaku terkadang jualannya sepi pembeli saat malam tiba. Penghasilannya tiap haripun tak tentu, kadang hasil jualannya laku kadang tidak. Dia mengakhiri berjualan setelah Isya. Pasar ini tampak sangat sepi pada malam hari. Tidak ada kehidupan yang bergerak disini dan gelap. Berbeda dengan pagi hari dimana berbagai aktivitas dilakukan di pasar tersebut. Hanya penjual nasi kucing di sebelah pasar yang terlihat ramai dikunjungi oleh para mahasiswa yang sedang makan dan nongkrong. “Nasi kucing di sebelah pasar krempyeng ini termasuk nasi kucing yang enak” kata beberapa mahasiwa yang sedang makan disana.
Dalam kehidupan pasar krempyeng tidak terdapat kepercayaan yang berbau mistik - mistik. Pasar krempyeng sangat membawa pengaruh besar terhadap para penjualnya meskipun pasar ini tergolong ke dalam pasar sederhana bahkan pasar kampung. Beberapa penjual mengaku setelah berjualan di pasar tersebut tingkat ekonomi mereka mulai membaik dari sebelumnya. Diharapkan pasar ini bisa menjadi kegiatan rutin untuk menggerakkan ekonomi warga setempat.
            
 Gambar Lauk Gudangan Krempyeng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar